Gampong Kuta Sayeh merupakan sebuah gampong—desa tradisional Aceh—yang terletak di Kecamatan Seunagan, Kabupaten Nagan Raya, Provinsi Aceh. Secara administratif, Kuta Sayeh dikenal sebagai salah satu desa di kecamatan tersebut, dengan luas wilayah sekitar 0,77 km² Wikipedia.

Meski detail asal-usul nama atau pendirian gampong ini tidak dijelaskan dalam sumber-sumber resmi yang tersedia, kehidupan masyarakat di sana tercermin dalam tradisi dan kegiatan keagamaan yang dijalankan secara rutin. Salah satu tradisi yang masih hidup adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang dirayakan dengan kenduri (jamuan bersama) dan berupa acara zikir massal dalam rangka memperingati hari kelahiran Nabi. Masyarakat Gampong Kuta Sayeh secara komunal merayakan momen ini dengan penuh semangat, menyatukan hati dalam zikir sebagai wujud penghormatan dan kebersamaan .

Dalam berbagai aspek pemerintahan desa, Gampong Kuta Sayeh juga memperlihatkan keterbukaan dan transparansi. Di bawah kepemimpinan keuchik sebelumnya, Muhammad Abbas, penyaluran bantuan seperti Bantuan Langsung Tunai—Dana Desa (BLT-DD) dilakukan dengan melibatkan aparat desa, tokoh masyarakat, serta pihak militer seperti Babinsa. Bantuan tersebut diberikan jelang perayaan Idul Adha, dimaksudkan untuk meringankan beban warga dalam memenuhi kebutuhan hari raya, dan prosesnya berjalan terbuka dan disaksikan berbagai pihak demi menjaga kepercayaan publik .

Dari segi pemerintahan lokal, gampong ini juga aktif mengikuti proses demokrasi desa. Dalam Pemilihan Kepala Desa Antar Waktu (PKAW) yang diadakan beberapa waktu lalu—khususnya pada periode 2025–2028—Mawardi berhasil terpilih sebagai kepala desa dengan dukungan suara yang signifikan. Momen tersebut menunjukkan dinamika politik dan partisipasi demokrasi yang hidup di tingkat gampong, memperkuat hubungan kelembagaan antara masyarakat, perangkat desa, dan pihak kecamatan .

Secara umum, meskipun rincian historis tentang masa pendirian atau asal-usul dari Gampong Kuta Sayeh belum banyak tercatat, kehidupan sosial dan budayanya terlihat kuat dari tradisi keagamaan dan keterlibatan dalam mekanisme pemerintahan desa. Tradisi zikir dan peringatan Maulid, penyaluran bantuan sosial dengan keterbukaan, serta partisipasi dalam pemilihan kepala desa mencerminkan identitas kolektif komunitas yang religius, gotong royong, dan bersinergi dengan struktur pemerintahan daerah.